Cinta untuk Anakku Ku tanamkan Iman kepada Alloh dihatinya Ku ajarkan mencintai Alloh serta RasulNya
Anak kecil memang bisa berfikir, mencerna dan mencurahkan perhatian, namun
semua itu tidak sama ukurannya dengtan orang dewasa. Kita tidak boleh menuntut
anak untuk serius terus menerus, tidak boleh memberikan beban di atas kemampuan
anak, apalagi melarang hak nya sebagai anak dan membatasi kesempatannya untuk
bergembira dan bermain. Sebab Alloh Swt.telah menentukan ukuran atas segala
sesuatu.
·
Kasih Sayang Rasulullah s.a.w.
terhadap Anak-Anak
Diriwayatkan Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah r.a., ia berkata,
“Pada suatu siang, Nabi s.a.w keluar rumah. Beliau tidak menyapaku, aku pun
tidak menyapanya. Beliau berjalan hingga sampai di pasar Bani qiaqa’. Lalu
beliau duduk di pelataran rumah Fatimah dan bersabda,”Mana anak-anak?”
Fatimah tidak langsung membawa anaknya keluar. Mungkin sedang dipakaikan baju
atau dimandikan. Sesaat kemudian anak itu datang menghampiri Nabi s.a.w ,
hingga dirangkul dan diciumi. Lalu beliau bersabda,”Ya Allah! Cintailah dia
dan cintailah orang yang mencintainya!”
Abu Ya’la meriwayatkan dengan sanad hasan dari Ibn Mas’ud r.a.,”Suatu saat
Rasulullah s.a.w shalat. Hasan dan Husen melompat-lompat di atas punggung
beliau. Para sahabat ingin mencegah keduanya. Karena itu, mereka memberi
isyarat agar mereka berduameninggalkan Rasulullah s.a.w. Usai shalat,
Rasulullah s.a.w mendudukan hasan dan Husen dalam pelukan beliau, seraya
bersabda, “Siapapun yang mencintaiku, maka cintailah dua anak ini!”
Di antara bentuk lain dari kasih sayang Rasulullah s.a.w.terhadap anak
adalah mempercepat shalat ketikna mendengar tangisan anak demi menjaga perasaan
ibu, sebagaimana disebutkan dalam riwayat Al-Bukhari dan Muslim dari Anas r.a.
: Rasulullah s.a.w bercerita kepadanya,”Suatu ketika aku shalat dan ingin
memperlama shalat. Tiba-tiba aku mendengar tangisan anak. Akupun mempercepat
shalat karena aku tidak memberatkan
ibunya.”
·
Bentuk Cinta Kasihku untuk Anakku
__ Latihlah
anak sejak dini untuk taat beribadah. Sejak kecil, anak harus dilatih agar
terbiasa beribadah, berbuat baik dan menjauhi kemungkaran. Seorang penyair
bersenandung :
“anak
kecil kami tumbuh berkembang, karena kebiasaan yang dilatih ayahnya”
Di
antara anjuran Nabi s.a.w adalah melatih anak untuk taat beribadah. Rasulullah
s.a.w bersabda,”perintahlah anak kalian untuk shalat ketika berusia tujuh
(tahun) ! pukullah mereka untuk shalat ketika berusia sepuluh (tahun), dan
pisahkanlah mereka di tempat tidur. “n
Begitulah
yang harus dilakukan orang tua terhadap anak-anak sekalipun mereka masih belum
balig.
__ Janganlah
membebani anak di luar kemampuannya. Allah s.w.t berfirman,”Allah tidak
membebankan jiwa kekecuali (sebatas) kemampuannya.”(QS. Al Baqarah :286)
Sabda Rasulullah,” Janganlah kalian
memberikan beban di luar batas kemampuan mereka! Tapi jika kalian (tetap)
memberi mereka beban, maka bantulah mereka!
Perhatikanlah
kondisi dan kemampuan anak, ringankan teguran kepada mereka. Tidak diragukan,
kemampuan akal anak jauh lebih rendah disbanding orang dewasa. Karena itu, kita
harus memperhatikan kemampuan akal yang di miliki anak. Tidak semua perilaku
anak harus ditegur, tapi juga ada bentuk-bentuk kesalahan anak yang harus
dimaafkan.
Anak
dan wanita dalam bahasa Al –Qur’an dikatakan sebagai orang-orang yang kurang
dalam akalnya. Sebagaimana dinyatakan sebagian besar ahli tafsir ketika
menafsirkan firman Allah s.w.t,”Dan janganlah kamu serahkan kepda
orang-orang yang belum sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam
kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. Berilah mereka
belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah pada mereka kata-kata
yang baik!” (QS. An Nisa’ :5)
Allah
s.w.t juga tidak menyukai kerusakan. Ketika kita melihat putra-putri kita
melakukan perbuatan merusak, haruslah kita larang dan mengarahkannya pada
perbuatan yang dapat membawa kebaikan. Karena memberi nasehat merupakan satu
kewajiban Muslim terhadap Muslim lainnya.
Tapi
ingat ! kita juga bukan malaikat yang terjaga dari dosa dan kesalahan.
Terkadang, kita melakukan kesalahan di sela-sela interaksi kita dan anak.
Mungkin, suatu ketika kita bertindak keras terhadap perbuatan anak yang
sebenarnya tidak perlu ditanggapi dengan kekerasan. Kita juga mungkin pernah
mencela dan mencibir, padahal sebenarnya yang dilakukan anak justru harus
dipuji dan diberi ucapan terimakasih, bukan dicaci dan dimarahi. Untuk itu, kit
harus memperbaiki sisi dalam diri kita, meminta maaf atas semua perlakuan yang
tidak benar terhadap anak, yang dalam hal ini anak berada dalam posisi pihak
yang di dzalimi.
__Berilah
semangat anak untuk berbuat baik, baik secara memujinya, memberinya hadiah
maupun dengan cara lainnya-akan member pengaruh besar pada kebaikan dan
keluhuran anak. Berkenaan dengan hal ini, ada bebebrapa sabda Rasulullah S.A.W
dan perkataan sahabat terhadap anak-anak yang di kemudian hari mereka menjadi
pemimpin yang menjadi panutan. Di antaranya sebgai berikut :
a.
Rasulullah memberikan pujian
Pujian yang diberikan Rasulullah kepada Abdullah ibn
Mas’ud r.a., “Engkau adalah anak yang suka belajar”
b.
Doa Rasulullah untuk Ibn Abbas agar
dikaruniai keluasa ilmu dan pemahaman
Salah
satu cara pemberian semangat untuk anak adalah dengan mendo’akannya. Hal ini
pernah dicontohkan Rasulullah ketika beliau mendo’akan Ibn Abbas agar
dikaruniai ilmu danpemahaman.
Imam
Al Bukhari meriwayatkan hadist dari Ibn Abbas r.a., ia berkata, “Nabi s.a.w
mendekapku ke dada beliau, dan berdoa, “Ya Allah ! Ajarkanlah dia hikmah!”
Dalam
musnad Imam Ahmad disebutkan hadist dari Ibn Abbas r.a., bahwasanya ketika
Rasulullah s.a.w. berada di rumh Maimunah, aku menyiapkan air wudhu untuk
shalat malam rosulullah s.a.w. kemudian maimunah berkata,’’wahai rosullulah!
Yang meletakan air wudhu ini adalah Abdullah ibn abbas. Lalu rosullulah s.a.w.
berdoa,’’ya, allah! Berilah ia pemahaman dalam agama dan ajarkanlah takwil
padanya!
c.
Menghargai anak
Bentuk
lain dari pemberian dorongan dan semangat kepada anak adalah menghargai dan
membuat anak merasa bahwa dirinya punya hak . bentuk riilnya dengan memberi
ucapan salam ketika bertemu anak,meminta izin ketika mengambil barang milik anak,mendoakan ketika
anak bersin, menyertakan anak bermusyawarah dalam persoalan-persoalan yang bias
di cerna anak,menghormati pandangan anak, mengarahkan anak dengan lemah lembut
dan lain sebagainya.
Jangan
biarkan anak bermain di waktu shalat, khususnya shalat jum’at. Sebab Tuhan pun
melarang jual beli disaat itu-yang itu asalnya adalah halal. Jangan biarkan
anak bermain di kala matahari tenggelam! Karena pada saat itu syetan tengah
menyebar. Rosulullah s.a.w. bersabda,”jika kalian berada di ujung malam atau
ketika kalian berada di waktu sore, tahanlah anak kalian ! karena sesungguhnya
setan menyebar pada saat itu.”
1.
Mengucapkan salam kepada anak ketika
bertemu
Mengucapkan
salam bias mendatangkan pahala dari sisi Allah s.w.t.
Dengan
salam, rasa kasih sayang dan cinta disebarkan. Rasululah s.a.w bersabda,”Maukah
kalian aku beritahu sesuatu, yang jika kalian lakukan kalian akan saling
mencintai? Sebarkanlah salam diantara kalian !”
Mengucap
salam kepada anak adalah suatu bentuk tindakan nyata mengikuti jejak Rasulullah
s.a.w.
Dengan
mengucapkan salam kepada anak, kita telah mengajarkannya akhlak Islam yang uhur
dan mulia. Mengucapkan salam kepada anak member pengaruh positif terhadap
kepribadian dan akhlak anak. Karena itulah Rasulullah s.a.w melakukan hal itu.
Ajakanlah
anak kita etika mengucapkan salam dan bagaimana menjawabnya ! Ajarkan anak kita
untuk mengucapkan salam kepada orang yang lebih tua ketika bertemu ! Rasulullah
s.a.w bersabda,”Anak kecil mengucapkan salam kepada orang yang lebih tua.
Orang yang berjalan memberi salam kepada orang yang duduk. Orang yang sedikit
member salam pada orang yang banyak.”
2.
Mendo’akan anak ketika bersin
Mendoakan
orang ketika bersin merupakan kewajiban kita terhadap sesame Muslim, ketika
yang bersangkutan mengucapkan hamdalah. Nabi s.a.w bersabda,”Bila salah
seorang dari kalian bersin, hendaknya mengucap Alhamdulillah. Dan hendaknya
saudaranya atau temannya mengucapkan yarhamukallah. Dan jika ia mengucapkan
yarhamukallah, maka ucapkanlah yahdikumullah wa yuslhih balakum.”
Ajarkan
anak etika bersin. Ketika bersin ajarkan ucapkan Alhamdulillah. Ketika
anak kita mengucap hamdalah, kita harus mengucapkan yarhamukallah. Tapi
jika anak kita tidak mengucap hamdalah, kita tidak perlu mengucapkan yarhamukallah.
3.
Ajarkan etika menguap pada anak
Disebutkan
dalam shohih muslim, hadist dari Abu Sa’ad Al Khudri r.a., ia berkata,
“Rasulullah s.a.w bersabda,” Jika salah seorang dari kalian menguap maka
tutuplah mulutnya dengan tangan. Sebab sesungguhnya setan akan masuk.”
4.
Meminta izin anak ketika megambil barang
miliknya
Langkah
tersebut di satu sisi membuat anak merasa diperhatikan dan di sisi lain
merupakan praktek nyata pengajaran etika Islam pada anak.
Al
Bukhari dan Muslim meriwayatkan hadist dari Sahal ibn Sa’ad as-sa’idi r.a.,
Rasulullah s.a.w pernah diberi minuman. Beliau pun minum. Di sebelah kanannya
ada seorang anak kecil dan sebelah kirinya ada orang-orang dewasa. Lalu Nabi
s.a.w berkata pada anak kecil.” Apakah kau mengijinkanku memberi mereka?” Anak
itu menjawab,”Tidak, Demi Allah !Aku tidakakan mendahulukan bagianku darimu
untuk siapapun.” Kemudian Rasulullah s.a.w memerikan minuman itu pada anak
kecil.
5.
Ketika kita mengambil sesuatu dari anak
yang dia sangka itu haknya, coba jelaskan kepadanya sebab tindakan kita
tersebut
Dalam
kitab Shahihain yang diriwayatkan Muslim, disebutkan sebuah riwayat bersumber
dari Abu Hurairah r.a., ia berkata,” Hasan ibn Ali mengambil kurma sedekah,
kemudian di masukkan ke dalam mulutnya. Kemudian Rasulullah s.a.w
bersabda,”Buang ! tidakkah kau tau, kitatidak boleh memakan sedekah.”
Ibrahim
a.s. ketika hendak menyembelih putranya, Isma’il a.s., juga menjelaskan
sebabnya. Sebagaiman ayang disebutkan dala Al-Qur’an,”wahai Anakku !
Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu dalam tidur. Maka
perhatikanlah, bagaiman apendapatmu?” (QS. Ash-Shaffat :102)
6.
Mengajak anak bermusyawarah dalam
persoalan-persoalan yang dapat ia cerna
Terkadang,
anak memahami suatu permasalahan seperti halnya kita memahami. Untuk itu, perlu
kiranya kita menyertakan anak kita bermusyawarah, dan memintai pendapatnya
dalam persolan-persoalan yang dapat ia cerna. Ketika mengemukakan pendapat,
anak harus tetap memegang etika dan rasa hormat. Allah s.w.t berfirman,”Dan
ingatlah kisah Daud dan Sulaiman! Di waktu keduanya memberikan keputusan
mengenai tanaman, Karena tanaman itu dirusak oleh kambing-kambing kepunyaan
kaumnya. Dan adalah Kami menyaksikan keputusan yang diberikan oleh mereka itu.
Maka Kami telah memberikan pengertian kepada Sulaiman tentang hukum (yang lebih
tepat). Dan kepada masing-masing mereka telah Kami berikan hikmah dan ilmu, dan
telah Kami tundukkan gunung-gunung dan burung-burung, semua bertasbih bersama
Daud. Dan Kamilah yang melakukannya. (QS. Al-Anbiya : 78-69)
7.
Menjadikan anak sebagai Imam shalat
Ini
termasuk salah satu bentuk pemberian dorongan anak untuk berbuat baik. Namun
dengan ctatan, anak harus hafal surat-surat dalam Al-Qur’an.
8.
Menjenguk anak ketika sakit
Tidak
sedikit perintah yang menganjurkan kita untuk menjenguk orang sakit. Hadist
Anas r.a. yang termaktub di dalam kitab Shahih Bukhari menyebutkan : seorang
anak Yahudi yang pernah membantu Nabi s.a.w tergolek sakit. Kemudian Nabi s.a.w
dating menjenguknya dan bersabda,”Masuklah ke dalam Islam.” Anak itu pun nmasul
Islam.
Menjenguk
orang sakit memiliki pengaruh positif pada diri orang yang sakit dan dpat
menarik hatinya pada kebaikan.
__
Mencintai semua anak dengan adil dan obyektif
Mencintai
salah seorang anak lebih dari anak-anak lainnya tidaklah terlarang, selama
tidak diiringi degan kedzaliman. Cinta adalah fitrah dari Allah s.w.t. dialah
yang menganugrahkan rasa cinta di benak manusia.
Tidak
ada masalah jika orang tua lebih mencintai dan menghargai anaknya yang shaleh.
Anak yang taat, rajin mengerjakan shalat, puasa dan berbuat baik terhadap kedua
orang tua lebih baik daripada anak yang tidak tahu diri, memangkang dan durhaka
terhadap orang tua.
Hanya
saja, sebagai orang tua, kita jangan terlalu berlebihan menampakkan kecintaan
kita terhadap salah seorng anak kita, kecuali jika kita melakukan itu untuk
memotivasi yang lainnya, seperti berkata,”Si A lebih baik dari kalian, karena
ia rajin shalat dan puasa.” Atau dengan berkata,”Saudaramu ini anak yang baik
dan mulia, karena ia tidak mudah memberitakan segala sesuatu, tidak pernah
membuka aib orang lain dan tidak banyak bicara.”
Kecintaan
kita kepada anak tertentu jangan sampai membuat kita dzalim, jahat, tidak adil,
dan menyepelekan anak-anak kita lainnya. Sebab, hal itu akan melukai perasaan
mereka. Bahkan, dapat memicu raasa dengki dan permusuhan terhadap saudara
mereka yang lebih kita cintai.
Tahukah
Anda mengapa saudara-saudara Yusuf tega merencanakan pembunuhan atas diri
Yusuf?? Mereka melakukan itu hanya ingin mendapatkan cinta dan perhatian sang
ayah yang lebih mencintai Yusuf. Itu saja !
Lantas
apa yang terbayang dibenak kita, jika cinta itu dibarengi dengan sikap dzalim
dan tidak adil?? Mungkin, tidak hanya anak kita yang akan dimusuhi
saudara-saudaranya, tapi juga Kita !
__ Anak dan nafkah
Istri
dan anak berhak mendapatkan nafkah. Merekalah pihak pertama yang harus diberi
nafkah setelah seseorang mencukupi dirinya sendiri. Jangan terlalu berlebihan
memberikan nafkah anak, agar ia tidak sombong dihadapan teman-temannya.
Sebaliknya, jangan sampai tidak member nafkah anak, sehingga anak direndahkan
teman-temannya. Kita juga harus mengawasi uang yang yang kita berikan kepada
anak. Lebih baik memberinya untuk disedekahkan sebagian uangnya di jalan Allah
s.w.t, seperti fakir miskin, daripada memberikan uang kepada anak yang selalu
memakainya untuk membeli rokok dan obat-obat terlarang.
a.
Istri boleh mengambil uang suami untuk
mencukupi kebutuhan anak
Hal
ini didasarkan hadist yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dari Aisyah
r.a., bahwasanya Hindun binti Utbah berkata, “Wahai Rasulullah!Abu Sufyan
adalah orang pelit. Ia tidak memberiku sesuatu yang bisa mencukupiku dan anakku
kecualiyang aku ambil darya tanpa sepengetahuannya.” Rasulullah s.a.w bersabda
,”Ambillah sesuatu yang bisa mencukupimu dan anakmu dengan baik !”
b.
Tidak boleh menelantarkan anak
Sebagai
orang tua, tidak sepatutnya kita menghambur-hamburkan uang, harta atau
mewasiatkan harta kita untuk orang lain, dan membiarkan anak-anak kekurangan
dan meminta-minta.
c.
Tidak boleh memberi wasiat harta untuk
ahli waris
Rasulullah
s.a.w bersabda ,”SesungguhnyaAllah telah menentukan untuk setiap orang haknya masing – masing.
Karena itu, tidak ada wasiat harta untuk ahli waris”
d.
Boleh diam-diam mengistimewakan anak
tertentu
Seperti
halnya ketika Rasulullah mengistimewakan Fatimah.
__
Anak dan etika menjaga rahasia
Orang
tua harus mengajarkan kepada anak etika menjaga rahasia. Tidak semua hal bisa
diberitahukan kepada orang laindan tidak semua rahasia boleh disebarluaskan.
Untuk itu, ajarkan anak kita menjaga rahasia dan jangan memaksanya untuk
membocorkan rahasia!
__
Cinta, kasih sayang dan kelembutan yang diiringi etika, ketegasan dan keadilan
Memang,
segala sesuatu harus berimbang : jangan terlalu berlebihan dan jangan terlalu
masa bodoh. Seperti itulah para salaf shaleh kita berbuat, sebagaimana yang
diajarkan Nabi s.a.w., rasa cinta, kasih sayang, dan kelembutan yang disertai
dengan adab, ketegasan, keadilan, dan objektif. Anda bisa melihat gambaran
cinta, kasih sayang, dan kelembutan yang luar biasa pada sosok ayah dan putri terbaik
di muka bumi.
Setiap
kali Rasulullah s.a.w berkunjung, Fatimah selalu menyambut, mencium dan
mengantarkannya ke tempat duduk. Dan seperti itu juga yang dilakukan Rasulullah
dalam mendidik dan mengajarkan.
Meski
sayang kepada anak, Rasulullah tetap tegas mendidik. Cinta dan kasih sayangyang disertai etika dan sikap wara’.
Cinta untuk Anakku Ku tanamkan Iman kepada Alloh dihatinya Ku ajarkan mencintai Alloh serta RasulNya
Reviewed by dpy
on
June 08, 2013
Rating:
No comments: