Ayah..Ibu, Sebenarnya Aku Tidak Gagal !!
Kenapa mereka bersedih atas kegagalanku?
Malukah mereka jika aku selalu gagal dalam belajarku? Tak pernah sekalipun
gembira ketika mengambil hasil belajarku, sedikit saja ku ingin mereka
tersenyum melihatku saat itu. Tetap tenang dan senang hati diriku menerima apa
yang aku peroleh. Ini bukan kesalahan, ini sebuahanugrah dimana aku harus
belajar bersabar untuk menjadi yang terbaik.
Aku memang gak bisa menjadi
superman cilik, bidadari mungil, atau apa lah sebutan orangtua mereka terhadap
anaknya. Tetapi ayah.. ibu ... aku disini berusaha untuk jadi apa yang engkau
harapkan.
Aku memang tak bisa seperti mereka, yang
menonjolkan nilai-nilainya, mempunyai baka dan keahlian khusus dalam hidupnya.
Aku anak peringkat terakhir yang tak punya apa-apa. Yaa.. in kisahku..
Ayah.. ibu, mungkn engkau cemburu,
melihat penampiln anak berbakat dalam televisi, atau anak-anak sekitar yang
merisaukan hatimu. Mungkin engkau berharap aku kan tumbuh menjadi seperti itu.
Mungkin engkau akan bertanya, “Anakku,
kenapa kamu tak lahir dengan kepandaian yang luar biasa??” apakah aku harus
menjawab, karena ayah d ibuku juga tidak dilahirkan dengan kepandaian yang luar
biasa?”
Mungkin itu jawaban yang sungguh
menggelitik...
Ayah.. ibu takutkah engkau dengan hasil
belajarku, hingga engkau memaksaku dengan kehendakmu..
Bimbingan belajar, membatasi waktu
bermain, mengerjakan soal setiap wktu, hanya demi agar aku bisa merubah
prestasiku....
Tertegunkah engkau saat ku jawab,
cita-citaku ingin menjadi guru yang bisa memandu anak-anak, mengajak bernyanyi,
menari... tertegunkah engkau jka aku mengatakan cita-citaku sebagai seorang
ibu, yang memakai celemek “doraemon” untuk
memasakkan akanan enak untuk keluargaku da mngajak anak-anak ku melihat bintang...
dan mendongeng setiap malam..
Bagai seekor burung kecil yang
kelelahan, tak berhentinya aku mengkuti kemaan kedua orangtuaku, melihat kalian
bahagia, apalah arti kelelahanku?
Tetapi semua yang aku lakukan tk ada
hasil, tetap saja aku bukan menjadi bintang kelas, tetap pada diriku sang juara
terakhir dalam peringkatku. Serasa perjuangn berakhir sia-sia, aku kembali pada
diriku yang semula, ayah.. ibu.. mungkin sudah berputus asa, dalam ujung
kelelahannya untuk menghrapkan aku seperti apa yang diinginkannya.. engkau memang sayang dengnku, tetapi tak pernah
mengerti dengan nilai-nilai sekolahku sampai sejauh ini pun belum bisa berubah.
Suatu hari, di hari mingguku. Di saat
keluarga kami sedang berekreasi, di saat semua anak sedang menunjukkan
keahliannya. Aku hanya ikut bertepuk tangan bersenang hati menikmati hari
minggu indah ini. Seingkali ku pergi ke belakang menjaga bahan makanan,
merapikan dan membereskan apa yang bisa ku lakukan. Aku senang dengan hidupku
yang seperti ini. Aku senang ketika bisa menyelesaikan masalah di antara kedua
temanku yang jago matematika dalam memperebutkan kue. Aku senng bisa menghibur
keluarga di mobil dengan leluconku yang membuat mereka tidak panik, aku senang
dengan diriku yang bisa mengguntingkan banyak bentuk binatang kecil dari kotak
tempat bekas makanan, reka senang hatikupun senang....
Aku tetap dengan nilai-nilai burukku,
entah kenapa Allah belum mengijinkan aku menjad yang berbakat dan
berprestasi,,, akan tetapi aku bersyukur dan bahagia dengan hidupku, melihat
orangtuaku yang kini mulai bangga terhadapku,, karena mengetahui bahwa aku lah
satu-satunya siswa yang mempunyai pribadi baik dan dikagumi oleh teman-temanku
Alhamdulillah, ayah .. ibu, aku
memanglah bukan bintang-bintang yang bersinar di langit.. tapi cukuplah aku
menjadi diriku sendiri yang insyaAllah bisa menjadi penerangmu....
Guruku pernah memberikan pepatah :
ketika pahlawan lewat, harus ada orang yang bertepuk tangan di tepi jalan. Ibu,
aku tidak mau jadi pahlawan, aku ingin jadi orang yang bertepuk tangan di tepi
jalan
.
Aku tetap diam saat ibuku memujiku bagai
pahlawan, sambil merajut benang wolku, benang warna merah muda kupilin bolak
balik di jarum bambu, sepertinya waktu yang berjalan di tanganku mengeluarkan
kuncup bunga. Dalam hati ibu terasa hangat seketika. ketika itu, hati ibu
tergugah oleh anak perempuannya yang tidak ingin menjadi pahlawan ini. Di dunia
ini ada berapa banyak orang yang bercita-cita ingin menjadi pahlawan, namun
akhirnya menjadi seorang biasa di dunia fana ini. Jika berada dalam kondisi
sehat, jika hidup dengan bahagia, jika tidak ada rasa bersalah dalam hati,
mengapa anak-anak kita tidak boleh menjadi seorang biasa yang baik hati
dan jujur.
Selama hidupku, aku tetap dapat melewati
kehidupan yang kuinginkan dengan tenang, aku juga tidak belajar hal yang tidak
baik, sebagai orangtua yang memberikan keteladanan sikap dan tutur kata, jika
dapat mengasuh anak sampai dewasa dan menjadi orang berguna dalam masyarakat,
itu sudah cukup sebagai hal yang menghibur bagi leluhur, kenapa harus masih saja mengharapkan masa depan yang lebih baik
lagi? Jika pun nantinya anak-anaknya bisa menjadi seorang penegak hukum atau
seorang arsitek, kalau tidak memiliki niat baik, lain di mulut lain di hati,
lalu apa gunanya?
## Ku tulis cerita ini dengan haru,
mengambil kisah seorang anak kecil yang selalu dituntut orangtuanya agar bisa
menjadi yang terbaik...... semoga bermanfaat !! J
Ayah..Ibu, Sebenarnya Aku Tidak Gagal !!
Reviewed by dpy
on
June 08, 2013
Rating:
No comments: